KA Ekonomi sudah Kepepet, Dipepet pula

Ada beberapa alternatif moda transportasi jarak jauh yang ada di Indonesia mulai dari darat, laut maupun udara. Masnig-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, baik dari fasilitas maupun pelayanan. Untuk transportasi antar kota di Jawa, biasanya orang memilih untuk menggunakan pesawat atau tansportasi darat seperti bus atau kereta.

Disini peran bus dan kereta api sangat dominan. Kereta api mendapat tempat tersidiri bagi pemerintah dan rakyat. Bagi pemerintah KA digunkan untuk dapat memobilisasi masa dalam jumlah yang sangat besar, berbeda dengan bus yang hanya sekitar 50 orang sekali jalan. Bagi masyarakat biasa KA dipilih karena murah, sekali lagi murah. Ya, kereta itu, Kereta Api Ekonomi. KA ini identik dengan kotor, penuh sesak, berjubel, tak nyaman dan itu memang bukan rahasia lagi. Kondisi ini menunjukkan bahwa penikmat KA Ekonomi adalah masyarakat kurang mampu secara ekomoni atau dalam kondisi kepepet. Coba kita bandingkan harga tiket KA Ekonomi dan Eksekutif dari Jakarta dengan tujuan madiun


Perbedaan harga yang sangat mencolok inilah yang membuat masyarakat memilih KA Ekonomi. Dan jangan heran ketika mudik lebaran atau liburan kereta-kereta ini selalu disesaki penumpang.

Kondisi yang penumpang sudah kepepet ini masih pula dimanfaatkan oleh oknum petugas loket KA. Kejadian yang saya alami mungkin bisa menjadi contohnya. Kamis, 16 Juli 2009 kemarin saya mengunakan KA Ekonomi Brantas, karena saya di Bogor saya memilih Stasiun Manggarai sebagai tempat mendapatkan tiket. Saya datang di Stasiun sekitar pukul 15.00 sedangkan kereta berangkat pukul 15.40-an, saya langsung meluncur ke loket dan menyodorkan uang Rp. 50.000., kemudian dikembalikan Rp. 13.000;. Artinya saya harus membayar Rp. 37.000; sedangkan pada tiket tertera Rp. 35.000; ada selisih Rp. 2000. Kejadian ini ternyata tak hanya menimpa saya. Ketika berada di dalam kereta, penumpang yang duduk dibelakang saya juga mendapat perlakukan yang sama.

“Yasudahlah gapapa, yang penting dapat tiket”, pungkasnya.

Saya jadi teringat kejadian ini ternyata tidak hanya terjadi Manggarai namun juga stasiun Jakarta Kota, pada waktu itu juga menggunakan KA Ekonomi (Gaya Baru Malam Selatan) dan ternyata harga tiket bertambah Rp. 1000 dari harga seharusnya. Begitu juga terjadi ketika naik Matarmaja dari Pasar Senin saya harus membayar Rp. 40.000 dari harga seharusnya tertera di tiket Rp. 39.000.

Pikir saya “Penumpang sudah kepepet, dipepet pula”. Kepepet karena faktor ekonomi dan dipepet oleh oknum petugas KA yang tidak bertanggung jawab.

https://www.behance.net/gallery/56779217/Marimas-bikin-Adem-Ngga-Bikin-Batuk
http://parallelj.org/xwiki/bin/XWiki/MarimasKusukaBikinAdem
http://www.beartoothbillingsclinic.org/UserProfile/tabid/42/userId/100927/Default.aspx
https://baru.podbean.com/e/marimas-bikin-adem-tidak-bikin-batuk/
http://qgo.be/marimas
https://headwayapp.co/k6ik-blogspot-com-changelog/marimas-bikin-adem-tidak-bikin-batuk-35053
https://www.minds.com/blog/view/759722899027271682
https://pinkmomentsblogs.wordpress.com/2017/09/27/mau-cicipi-minuman-segar-ala-cafe/
https://kongkow.github.io/marimas-tidak-bikin-batuk

Komentar